Disrupsi di Sektor Perbankan dan Antisipasinya

Perkembangan teknologi informasi dan digital saat ini sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan teknologi tersebut tak lepas dari penggunaan ponsel pintar atau smartphone yang memudahkan kehidupan manusia sehari-hari. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, kita bisa menjual dan membeli barang tanpa harus beranjak dari kasur atau tempat duduk kita.

Photo by Christiann Koepke on Unsplash

Salah satu dampak nyata dari perkembangan teknologi tersebut adalah timbulnya disrupsi di berbagai sektor atau bisnis. Salah satu bentuk disrupsi yang nyata adalah makin minimnya orang pergi berbelanja ke mal. Pusat perbelanjaan atau mal yang dulu selalu dipadati pengunjung, kini berangsur mulai sepi. Hal ini tak lepas dari berkembangnya e-commerce yang memudahkan orang berbelanja barang tanpa harus pergi ke mal.

Bentuk Disrupsi di Sektor Perbankan

Disrupsi pun makin lama mulai merambah ke sektor perbankan. Disrupsi dalam sektor perbankan dipicu oleh berkembangnya financial technology (fintech). Startup fintech pun mulai muncul dan bahkan menjamur bak cendawan pada musim hujan. Startup fintech ini menawarkan berbagai kemudahan dalam pengelolaan keuangan melalui berbagai aplikasinya.

Sebagian fintech bahkan sudah mulai menggantikan fungsi perbankan khususnya dalam hal memudahkan konsumen untuk mendapatkan pinjaman. Orang-orang yang biasanya sulit untuk mengajukan pinjaman di bank, seolah mendapatkan jalan untuk memperolehnya melalui aplikasi-aplikasi fintech.

Photo by Blake Wisz on Unsplash

Bentuk disrupsi lain yang dihadirkan oleh dari fintech di antaranya kemampuan fintech untuk memudahkan pengiriman uang dengan biaya yang lebih murah daripada biaya yang dikenakan oleh bank. Pengiriman uang ini yang lebih mudah dan murah ini tentu dapat membuat konsumen tidak lagi mengirimkan uang lewat bank.

Bentuk lain dari disrupsi melalui fintech adalah mulai berkembangnya fitur peminjaman antarpribadi atau peer to peer lending (P2P lending) Fitur ini memungkinkan individu dapat meminjamkan uangnya kepada individu lain melalui aplikasi. Fitur ini seolah menghilangkan fungsi bank sebagai satu-satunya pihak yang dapat meminjamkan uang.

Langkah Antisipasi

Munculnya fintech yang mulai bisa menyaingi bank tentu menimbulkan alarm bahaya buat perbankan. Jika sektor perbankan tidak mengantisipasi kemajuan fintech, tentu bisa fungsi bank lambat laun bisa digantikan oleh fintech. Bank pun bisa ditinggal konsumen karena tidak mampu memberikan layanan yang lebih baik daripada layanan yang ditawarkan aplikasi berbasis fintech.

Berbagai penyesuaian teknologi tentu diperlukan oleh perbankan. Hal ini agar perbankan tetap mampu bersaing dengan fintech. Hal yang bisa dilakukan salah satunya dengan meningkatkan konktivitas dan kolaborasi dengan pihak lain, seperti e-commerce. Kerja sama dengan e-commerce agar dapat dipakai sebagai mode pembayaran adalah salah satu bentuknya.

Pihak perbankan perlu bekerja sama dengan semua e-commerce (shopee, lazada, tokopedia, dll) dan aplikasi-aplikasi agar dapat dapat digunakan sebagai mode pembayarannya. Jadi, pemilik akun bank bisa menggunakan uangnya di bank tersebut untuk membayar pembelian di e-commerce dan aplikasi-aplikasi tersebut.

Pihak perbankan juga sudah semestinya dapat mempermudah prosedur untuk meminjamkan uang kepada konsumennya. Pelaku perbankan harus mulai mengembangkan platform yang memudahkan konsumen untuk dapat mengakses layanan untuk meminjam uang.

Perbankan juga perlu mengembangkan platform yang memudahkan konsumen untuk mengirimkan (tranfer) uang antarbank secara aman dan murah. Saat ini transfer uang antarbank masih memerlukan biaya. Hal ini tentu memberatkan konsumen. Jika konsumen bisa melakukan transfer dengan murah bahkan tanpa biaya, tentu akan menjadi layanan yang bagus buat konsumen.

Tinggalkan Balasan