Gelombang PHK 2024: Apakah Fenomena Black Swan Event?

PHK massal

Photo by Resume Genius on Unsplash

Fenomena gelombang PHK yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2024 telah menimbulkan kekhawatiran berbagai pihak. Hingga Agustus 2024, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat 46.240 pekerja mengalami PHK dan diperkirakan akan mencapai 70.000 kasus pada akhir tahun (BBC News Indonesia, 2024). Namun, apakah PHK massal ini dapat dikategorikan sebagai sebuah black swan event?

Black Swan adalah peristiwa yang sangat langka dengan konsekuensi besar dan tidak dapat diprediksi sebelumnya. Konsep ini berbeda dari “Hume’s Black Swan” yang berfokus pada masalah logika induktif. Black Swan dalam pengertian Taleb lebih menekankan pada kejadian empiris yang memiliki tiga karakteristik utama: ketidakterdugaan (unpredictability), dampak besar (major impact), dan dapat dijelaskan setelah kejadian terjadi atau ex-post explanation (Taleb, 2004).

Mengacu pada teori yang dikemukakan dalam jurnal “Empirical Analysis of Black Swan Effect”, sebuah peristiwa dapat dikategorikan sebagai black swan jika memenuhi tiga kriteria utama: tidak dapat diprediksi sebelumnya (unpredictability), memiliki dampak besar (major impact), dan dapat dijelaskan setelah kejadian terjadi atau ex-post explanation (Stavrova et al., 2024).

Dari sisi prediktabilitas, gelombang PHK 2024 sebenarnya telah menunjukkan berbagai sinyal peringatan dini. Seperti diungkapkan dalam laporan BBC News Indonesia (2024), sejak akhir tahun 2023 telah terlihat tanda-tanda seperti pemangkasan bonus tahunan dan fenomena “silent layoff”. Bahkan, menurut kesaksian pekerja bernama Nabila, PHK massal sudah berlangsung sejak akhir tahun 2022 di berbagai perusahaan startup.

Terkait dampak, tidak dapat dipungkiri bahwa gelombang PHK ini memiliki konsekuensi yang signifikan. Data menunjukkan PHK terjadi di berbagai sektor industri dan wilayah, dengan konsentrasi tertinggi di Jawa Tengah, Jakarta, dan Banten. Sektor yang terdampak meliputi manufaktur, tekstil, garmen, jasa, hingga industri petrokimia (BBC News Indonesia, 2024).

Untuk kriteria ketiga, gelombang PHK ini dapat dijelaskan oleh beberapa faktor fundamental. Menurut pengamat ekonomi Muhammad Andri Perdana, penyebabnya antara lain tingginya suku bunga yang mempengaruhi biaya modal, penurunan daya beli masyarakat, dan dampak implementasi UU Cipta Kerja (BBC News Indonesia, 2024).

Berdasarkan analisis terhadap ketiga kriteria tersebut, dapat disimpulkan bahwa gelombang PHK 2024 tidak dapat dikategorikan sebagai black swan event. Merujuk pada klasifikasi yang disampaikan Naqvi et al. dalam Stavrova et al. (2024), fenomena ini lebih tepat dikategorikan sebagai “Grey Swan” atau “White Swan” – peristiwa yang risikonya dapat diidentifikasi dan dimitigasi, meskipun tetap memiliki dampak finansial yang signifikan.

Kesimpulan ini memiliki implikasi penting bagi pengambilan kebijakan. Mengingat fenomena PHK massal bukan merupakan black swan event yang tidak terprediksi, pemerintah dan pemangku kepentingan seharusnya dapat mengambil langkah-langkah antisipatif yang lebih efektif untuk mencegah dan mengurangi dampaknya di masa mendatang.

Daftar Rujukan

BBC News Indonesia. (2024, September 12). Gelombang PHK diperkirakan tembus 70.000 pekerja, serikat buruh bertanya ‘Mana lapangan pekerjaan yang dijanjikan pemerintah?’. BBC News Indonesia. Retrieved November 1, 2024 from https://www.bbc.com/indonesia/articles/c36ngdn0809o

Stavrova, E., Paskaleva, M., & Stoykova, A. (2024). Empirical Analysis of “Black Swan Effect”: Evidence of China. South-West University “Neofit Rilski” – Blagoevgrad, Bulgaria, 129-146.

Taleb, N. N. (2004). The Roots of Unfairness: the Black Swan in Arts and Literature.

1 tanggapan pada “Gelombang PHK 2024: Apakah Fenomena Black Swan Event?”

  1. Pingback: Fenomena PHK dan Siklus Hidup Bisnis: Pendekatan Manajemen Risiko untuk Solusi Berkelanjutan - VuturistiX

Tinggalkan Balasan