Photo by EqualStock on Unsplash
Anjloknya harga cabai hingga Rp 3.000 per kilogram di Lumajang yang memaksa petani melakukan panen dini menunjukkan betapa rentannya petani terhadap ketidakstabilan atau volatilitas harga komoditas pertanian. Kasus ini bukan yang pertama dan kemungkinan bukan yang terakhir jika tidak ada solusi sistematis untuk mengatasinya.
Berdasarkan kajian tentang volatilitas harga pangan oleh Gilbert dan Morgan, terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah harga cabai ini. Pertama, pemerintah perlu membangun sistem manajemen stok yang efektif. Ketika harga anjlok seperti yang terjadi di Lumajang, pemerintah dapat melakukan intervensi melalui pembelian untuk menjaga stabilitas harga di tingkat petani. Stok ini kemudian dapat digunakan saat pasokan berkurang untuk mencegah lonjakan harga yang terlalu tinggi.
Kedua, modernisasi sistem perdagangan pertanian perlu dilakukan melalui pengenalan mekanisme pasar yang lebih sophisticated. Pengembangan sistem futures dan options untuk komoditas cabai dapat membantu petani melakukan hedging risiko harga. Petani seperti Wahid di Lumajang tidak perlu lagi membabat habis tanamannya karena sudah memiliki jaminan harga melalui kontrak forward dengan pembeli.
Volatilitas harga cabai yang tinggi menciptakan risiko bagi petani dan konsumen. Futures dan options dapat membantu mengelola risiko ini melalui mekanisme hedging (von Braun & Tadesse, 2012). Petani cabai seperti kasus di Lumajang dapat menggunakan futures untuk mengamankan harga jual di masa depan, sehingga tidak perlu melakukan panen dini saat harga anjlok.
Penerapan futures dan options untuk komoditas cabai memerlukan persiapan yang matang dan implementasi bertahap. Penerapan program akan bergantung pada kesiapan infrastruktur, pemahaman pelaku pasar, dan kerangka regulasi yang tepat. Pengalaman dari kasus Lumajang menunjukkan bahwa instrumen ini potensial untuk mencegah kerugian petani akibat naik turunnya harga, tetapi perlu didukung dengan kebijakan komprehensif lainnya.
Aspek ketiga yang tidak kalah penting adalah peran kebijakan pemerintah. Transparansi informasi pasar harus ditingkatkan agar petani memiliki visibilitas lebih baik tentang kondisi pasokan dan permintaan. Pemerintah juga dapat mempertimbangkan penetapan harga cabai dasar yang realistis untuk melindungi petani dari kerugian ekstrem, seperti yang dialami petani Lumajang yang hanya mendapatkan Rp 300.000 per petak sawah dari yang seharusnya Rp 2 juta.
Diversifikasi merupakan strategi keempat yang dapat diterapkan. Seperti yang dilakukan Wahid yang beralih ke bawang merah, petani perlu didorong untuk tidak bergantung pada satu jenis tanaman. Selain itu, pengembangan teknologi pengolahan pasca panen dapat membantu memperpanjang masa simpan cabai dan membuka peluang nilai tambah bagi petani.
Terakhir, penguatan kapasitas petani menjadi pondasi penting dalam menghadapi ketidakstabilan harga. Pelatihan manajemen risiko, pembentukan kelompok tani yang kuat, dan akses ke pembiayaan yang lebih baik dapat membantu petani mengelola risiko harga dengan lebih efektif.
Kasus Lumajang menunjukkan bahwa ketidakstabilan harga komoditas pertanian bukan hanya masalah teoretis, tetapi berdampak langsung pada kesejahteraan petani. Penerapan strategi-strategi di atas secara komprehensif dan berkelanjutan dapat membantu menciptakan sistem pertanian yang lebih tangguh terhadap gejolak harga. Namun, keberhasilan implementasi strategi ini membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pemangku kepentingan, mulai dari petani, pedagang, hingga pembuat kebijakan.
Daftar Rujukan:
Gilbert, C.L., & Morgan, C.W. (2010). Global Food Price Volatility and Spikes: An Overview of Costs, Causes, and Solutions. ZEF-Discussion Papers on Development Policy No. 161. Center for Development Research (ZEF), Bonn.
Nur Hadi Wicaksono. (2024, 5 November). Petani Lumajang Nekat Panen Dini gegara Harga Jual Cabai Anjlok. DetikJatim. https://www.detik.com/jatim/bisnis/d-7622966/petani-lumajang-nekat-panen-dini-gegara-harga-jual-cabai-anjlok
von Braun, J., & Tadesse, G. (2012). Global Food Price Volatility and Spikes: An Overview of Costs, Causes, and Solutions. ZEF-Discussion Papers on Development Policy No. 161. Center for Development Research, Bonn, Germany.